Let's see

Sabtu, 19 Februari 2011

Mengapa Sushi Begitu Populer?

   Makanan satu ini sepertinya layak disandingkan dengan emmm.. Lady Gaga, Twitter, Facebook atau bahkan Sm*SH (mulai ngaco). Gini... gini.. maksudnya makanan ini punya fansnya sendiri dan seperti jadi bagian anak gahol masa kini. Sekarang banyak banget teman-teman saya yang jadi addict dengan Si Sushi -tanpa Susanti- ini. Malah saya melihatnya jadi bagian gaya hidup, karena banyak saya temui beberapa kalimat seperti, "Aduh lagi pengen nyusi nih," or "Bunga(bukan nama sebenarnya) just checked in @Sushi Tei". Asik ye, daripada "Blabla just checked in @ Warteg Mba Marni".. halaahhh...hehe, mba marni juga bukan nama sebenarnya.
   Oke anyway busway, bahas sedikit yuk tentang Si Sushi. Jadi, Sushi ini memang asalnya dari Negeri Sakura alias Jepang dan sudah ada sejak Zaman Edo (1603-1867). Nah, awalnya sushi ini merupakan salah satu tehnik mengawetkan ikan. Caranya ya dengan menggulung ikan bersama dengan nasi yang telah diberi cuka beras, garam dan gula. Nasi ini digulung dengan ikan dan sayuran. Zaman dulu satu porsi sushi bisa sama dengan sembilan porsi sushi saat ini. Kebayang dong sebesar apa sushi zaman baheula... Oiya sampai tahun 70-an Sushi masih jadi makanan mewah di Jepang dan hanya disajikan pada perayaan-perayaan tertentu.
   Sekarang sushi sudah tersebar luas, tidak perlu jauh-jauh ke Jepang buat makan sushi. Terlebih kepopuleran sushi saat ini menjadikan banyak rumah makan mengusung sushi sebagai menu utamanya. Dari mulai kelas menengah atas hingga sushi dengan harga mahasiswa.
   Nah ini dia cerita saya dengan Si Sushi. Jadi, suatu ketika seorang kawan dekat saya sangat penasaran ingin mencoba makanan fenomenal ini. Ia pun meminta saya menemaninya. Wah kebetulan, jika ada ajakan seperti itu artinya saya makan gratis!!! Dan kebetulan lagi ada satu rumah makan sushi baru di bilangan Margonda Depok. Namanya Rock n' Roll Sushi, letaknya tepat di sebelah Bakmi Margonda.
   Sesampainya di sana saya langsung memesan 3 jenis menu yang berbeda, tapi sayangnya saya kurang ingat dengan semua nama-nama sushi itu (maaf ya kebiasan lama, pelupa). Harga yang di tawarkan tempat ini sepertinya standar sushi kelas menengah. Tidak terlalu mahal tapi juga tidak murah. antara 10-50 ribu rupiah. Dari segi tempat, cukup nyaman untuk ukuran rumah makan kecil. Dekorasi warna merah membuat tempat ini lumayan eye catching.
   Tapi, saya tidak bisa mereview banyak soal rasa. Karena saya memang tidak terlalu addict dengan sushi. Jadi, menurut saya sama sajalah. Hanya saja teman dekat saya ini wajahnya langsung berubah merah, kuning, hijau saat mencoba mengunyah sepotong sushi. Komentar yang saya ingat satu, " Hadah mending gw makan pecel ayam pinggir jalan dah. "
   Hahaha... apa yang menurut banyak orang enak belum tentu sependapat dengan kita, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar