Let's see

Senin, 21 Maret 2011

Kisah Sang Ratu Muda

Emily Blunt dan Rupert Friend dalam The Young Victoria
    Film dengan genre drama priod atau film drama dengan latar kerajaan, selalu menarik perhatian saya. Salah satu faktor utamanya adalah pakaian yang dipakai para pemain biasanya sangat indah. Inilah kenapa saya sangat menyukai film-film seperti "Elizabeth The Golden Age", "Marie Antoinette", "King Speech", "Anna and The King" dan banyak lagi. Satu lagi menyocokan antara tokoh-tokoh dalam film, cerita dalam film dengan tokoh dan kisah asli nya. Itu sangaaaaaatt menarik buat saya.
   Nah, Sabtu kemarin saya iseng ke tempat penyewaan film. Setelah kutak katik, lihat-lihat, mata saya tertuju pada satu cover film dengan judul " The Young Victoria." Dari sampul dan judul sepertinya ini menceritakan mengenai Ratu Victoria Inggris. Akhirnya saya boyonglah film itu pulang dan tidak meleset. Oiya, saya kebetulan menyukai film yang berdasarkan kisah nyata. Jadi tidak sekedar drama priod namun fiksi. Sebab seperti saya bilang sebelumnya, ada keasikan sendiri saat menonton dan mencocokan dengan sejarah aslinya.
   The Young Victoria bercerita mengenai kisah Ratu Victoria (Emily Blunt) di Inggris. Ia merupakan ratu termuda dan terlama memerintah Inggris dan Britania Raya (1837-1901). Saat dinobatkan menjadi ratu, Victoria baru berusia 18 tahun. Ia merupakan satu-satunya keturunan raja. Kalau tidak salah kala itu kakeknya George III mempunyai  empat orang anak. Namun, hanya ayah Victoria lah yang memiliki keturunan sah yaitu dirinya. Maka setelah kematian pamannya King George IV, Victoria dinobatkan sebagai ratu. 
   Agak bingung mengikuti jalan cerita film ini, banyak point yang disampaikan sehingga membuat saya yang menonton agak bingung. Terlebih saat menceritakan silsilah bagaimana Victoria bisa menjadi  pewaris tunggal kerajaan saat itu. Banyak pihak ingin memanfaatkan kemudaan dan kurangnya pengalaman yang dimiliki Victoria.
   Hingga akhirnya ia bertemu dengan Prince Albert (Rupert Friend ) yang masih sepupu jauhnya. Pertemuan Victoria dan Albert yang awalnya bertujuan politis justru malah menimbulkan kesan sendiri bagi keduanya. Kisah cinta Victoria dan Albert disela intrik-intrik kerajaan inilah yang menjadi salah satu hiburan dalam film ini. Singkat cerita akhirnya Victoria memutuskan memilih Albert sebagai pasangan hidupnya. Konon kisah cinta Pangeran Albert dan Ratu Victoria termasuk salah satu kisah cinta paling romantis. 
   Film The Young Victoria memang tidak semulus King Speech. Lebih terkesan tidak fokus dalam menceritakan, tapi cukup menghibur. Meski penonton sempat kebingungan di awal film, namun penonton akhirnya cukup paham setelah mengikuti terus jalannya cerita. Oiya, Pangeran Albert dan Ratu Victoria tercatat sebagai penguasa terlama kerajaan Inggris mereka berdua memimpin selama 20 tahun, sementara ratu Victoria sendiri hingga kurang lebih 63 tahun. Mereka dikarunia 9 orang anak.
Post Card bergambar Queen Victoria dan Prince Albert
   Ada satu adegan paling romatis dan paling saya suka dari film ini. Yakni saat Pangeran Albert tertembak waktu melindungi Ratu. Saat sadarkan diri Victoria menghampiri dan menangis sambil meminta maaf (sebelumnya mereka bertengkar) dan menanyakan kenapa Albert begitu bodoh melakukan itu. Lalu, sambil mencium istrinya Pangeran Albert berbisik, " Aku memiliki dua alasan mengapa melakukan itu. Pertama, aku tergantikan tapi kamu tidak tergantikan untukku. Kedua, kamu satu-satunya istri yang aku inginkan sampai akhir hayatku." *sedaaappppp* Dan itu benar-benar terjadi. Bahkan demi memegang kesetiaanya pada sang pangeran yang terlebih dahulu meninggal pada usia 42 tahun, Ratu Victoria tetap sendiri hingga tutup usia pada umur 81 tahun. Saya rasa ini alasan mengapa kisah cinta mereka dikatakan salah satu yang paling romantis yang pernah ada.
  

Pizza Kayu Bakar Kedai Kita

   Wokey, lama tak bersua! Kemalasan saya akhir-akhir ini berimbas pada banyak hal, salah satunya ya meng-update isi blog ini. Hehehe... Nah buat nebus semuanya saya dah siap-siap ni me review satu tempat makan yang baru saya coba beberapa waktu lalu.
   Nama tempat ini Kedai Kita, letaknya di Bogor persis di depan Apple Pie. Awalnya saya menemukan tempat ini secara tidak sengaja. Jadi waktu kita lagi asik nyari tempat makan di Bogor kita liat Kedai ini kok ramai sekali pengunjung. Makanya saya dan teman-teman memutuskan suatu hari nyoba makan di Kedai Kita ini. Tidak sampai situ rasa penasaran saya pun diikuti dengan searching mengenai Kedai kita via internet. Sepertinya menarik, sebab tempat ini menawarkan suatu hidangan yang lumayan terdengar unik. Yup, pizza kayu bakar!
Pepperoni Pizza -Kedai Kita              
   Kaya apa sih rasanya pizza yang di bakar dengan kayu bakar. *halaahh* 
   Akhirnya di suatu sore pada hari -Minggu ku turut ayah ke kota- saya langsung meluncur ke rumah makan di kota 'seribu ' angkot ini. Sesampainya disana saya pesan dua menu yang cukup menarik perhatian yakni, Pepperoni Pizza dan Beef Kebab. Seperti layaknya resto yang ramai pengunjung, pesanan saya tiba dalam waktu yang agak lama. 
   Setelah pesanan tersaji di depan mata, langsung saja saya tancap gasssss... maaakaaan! Oke, untuk pizzanya saya agak sedikit mengalami kejanggalan. Soalnya, pizza yang biasa saya temui kebanyakan cukup garing atau padat. Sementara pizza disini agak lembut (dibaca: lembek). Nah, untuk modelnya pun saya agak rancu nih. Kalau American Pizza kan umumnya ber-roti tebal lain dengan Italian Pizza yang sangat tipis dan lumayan garing (ini berdasarkan pengalaman saya makan pizza hut dan izzi). Tapi kok ini agak nanggung ya rotinya tipis ngga tebal juga ngga.  Kalau dari segi rasa lumayan enak, mereka tidak pelit keju dan daging. Hanya saja saya merasa pizzanya sedikit lebih berminyak dari pizza kebanyakan.
  Nah, makanan satu lagi adalah beef kebab. Untuk kali ini saya kasih tiga jempol, maksudnya rasanya cukup menyenangkan. Walau dagingnya agak sedikit keras. Kebab disajikan dalam bentuk sate dengan diselingi paprika dan bawang bombay. Tak lupa french fries sebagai side dishnya.
  Tapi rasa makanan di Kedai Kita lumayan enak. Tapi... tapi... tapi harganya cukup mahal menurut saya jika di compare dengan rasa dan porsinya. Satu lagi yang kurang dari tempat ini, pelayanannya agak lama. 
 But over all, nice place nice food!

Jumat, 11 Maret 2011

Mengapa Charles Lebih Mencintai Camilla? (III)

   Bagaimana dengan Charles? Baru tahun 2005 ia melangsungkan pernikahannya dengan Camilla. Salah satu sumber menyebutkan 30 tahun kisah cerita mereka akhirnya berakhir dengan pernikahan. So, bisakah kita bayangkan kisah cinta itu berlangsung selama 30 tahun sementara pernikahan Charles dan Diana saja hanya berlangsung 15 tahun.
    Selama ini banyak yang menetang pernikahan Charles dengan Camilla. Terlebih rakyat Inggris yang begitu mencintai sosok Diana. Memang kehadiran Camilla di tengah kehidupan Charles dan Diana membuat geram banyak orang yang melihat. Bagaimana tidak Camilla seakan tidak pernah lepas membayangi kehidupan rumah tangga Diana. Bahkan Diana pernah berkata bahwa ia seperti menjalani kehidupan rumah tangga bertiga.
   Sedikit usut punya usut mengenai Camilla, ternyata Camilla merupakan cucu buyut dari Alice Keppel. Alice Keppel ini adalah perempuan selingkuhan Raja Edward VII, kakek canggah Pangeran Charles. Suatu ketika Camilla pernah menyampaikan ini sebagai sebuah lelucon pad Charles. Bahwa bagaimana kisah mereka seperti mengulang kisah buyut mereka.
   Saat ini Camilla telah menikah dengan Charles, tak ada lagi yang menghalangi cinta mereka berdua. Meski perayaan pernikahan mereka sudah dalam usia yang tidak muda lagi. Meski tak semegah pernikahannya Charles dengan Diana, hanya saja jela terlihat di muka Sang Prince of Wales kebahagian atas pernikahan tersebut. Ibu dan kedua anak hasil pernikahannya dengan Diana pun telah merestui.
   Pertanyaan yang terus terlintas di kepala saya adalah mengapa Charles begitu mencintai dan begitu 'setia' dengan Camila? Padahal seperti kita tahu, dari segi fisik saja jelas Diana lebih cantik dan muda kala mereka menikah. Kedua, dari segi attitude Diana begitu humble dan bersahaja. Mengapa ia masih saja mencintai Camilla padahal sudah ada Diana yang terlihat begitu sempurna dihadapannya.
   15 tahun seharusnya bukan waktu yang sebentar untuk bisa membuat ia berpaling dan menjalani kehidupan rumah tangganya bersama Diana. Ditambah dari rahim Diana telah lahir dua pangeran tampan sebagai penerus tahta.William Arthur Philip Louis dan Henry Charles Albert David.
  Banyak hal bisa diambil dari kerumitan kisah ini. Bahwa sesuatu yang terlihat indah (kehidupan Diana) belum tentu seindah kenyataannya. Hanya mereka yang benar-benar menjalani yang tahu. Sikap Diana juga bisa diteladani, meski ia mengalami tekanan yang begitu luar biasa, namun masih bisa menampakkan wajah tanpa beban dan berbagi cinta pada orang-orang yang membutuhkan.
    Lalu bagaimana bisa cinta Charles pada Camilla tidak luruh meski ia telah bertemu dan menikah dengan seorang gadis secantik dan sehangat Diana?

Mengapa Charles Lebih Mencintai Camilla? (II)

   Tahun 1982, Diana dengan berbalut gaun putih indah bersanding dengan Prince of Wales. Sayang apa yang terlihat indah bagi banyak orang tak semanis apa yang dialami Diana sesungguhnya. Setelah tercium media ia menjalin hubungan dengan Sang Putra Mahkota, hidup Diana selalu menjadi sorotan publik. Belum lagi kehidupan dan aturan istana yang akan dihadapinya, dan terakhir yang juga sangat pahit bagi Diana adalah menyadari bahwa calon suaminya masih menjalin hubungan dengan kekasih lamanya Camilla.
   Kecurigaan Diana bukan tanpa alasan. Dari sebuah sumber menceritakan kala itu Diana  bingung mengapa setiap isi pembicaraannya bersama Charles selalu diketahui Camilla. Dan yang paling menohok baginya, saat satu hari sebelum hari pernikahannya ia menemukan gelang rantai emas hadiah yang disiapkan Charles untuk Camilla.
   Jika pernikahan mereka bagai dongeng bagi sebagian rakyat yang menyaksikan, hal tersebut berbanding 180 derajat dari apa yang Diana rasakan. Ia harus rela menikahi pria yang tidak mencintainya, dan menikahinya hanya untuk memenuhi kewajibannya sebagai putra mahkota.
   Meski bebagai usaha dilakukan Diana untuk membuat suaminya mencintainya, hal tersebut seperti sia-sia. Bahkan dikabarkan Sang Putri sempat terkena bulimia dan anorexia nervosa untuk membuat Charles mencintainya. Namun, itu semua bagai angin lalu saja bagi Charles.
   Akhirnya Diana yang polos dan lugu pun mulai matang, ia mulai tahu cara mengatasi masalah tersebut. Ia menyibukkan diri pada berbagai kegiatan kemanusiaan. Seperti, ia tidak segan-segan memeluk penderita Aids saat melakukan kunjungan dan berbagai kegiatan mulia lainnya. Itu semua ia lakukan untuk membagi cinta dan mendapat cintai dari orang-orang yang ia temui. 
  Gaung namanya sebagai sosok putri yang sangat hangat dan bersahaja membekas dihati banyak orang, tak hanya rakyat Inggris. Tahun 1996 akhirnya Diana resmi bercerai dengan Pangeran Charles. Pernikahan yang telah berlangsung selama 15 tahun itu pun akhirnya berakhir.
   Setelah sempat menjalin hubungan dengan beberapa pria Diana akhirnya takluk pada satu nama Dodi Al Fayed. Anak Mohamed Al Fayed pemilik department store Harrods dan Hotel Ritz-Paris. Barulah pada hubungannya kali ini Diana merasakan dicintai dan mencintai seseorang. Namun sayangnya, kisah cinta mereka harus berakhir tragis. Keduanya meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil saat berusaha menghindar dari kejaran paparazi.
  Jika pada pernikahannya 750 ribu orang menyaksikannya, pada saat kematian lebih dari 3 juta orang mengantar kepergiannya. Sang putri yang terlihat selalu penuh senyum dan selalu berbagi pada sesama ini meninggal pada usia 36 tahun, bersama sang kekasih yang dicintai dan mencintainya...

Mengapa Charles Lebih Mencintai Camilla? (I)

    Huff, itu reaksi pertama saya saat selesai membaca berbagai kisah kehidupan percintaan Diana-Charles-Camilla. Kenapa saya begitu tertarik dengan masalah ini? Awalnya saya masih cukup penasaran dengan kisah-kisah dibalik Raja-raja Inggris terdahulu. Seperti pagi ini saya punya sedikit "teori konspirasi" mengenai kematian Lady Diana.
   Begini teorinya, jika dahulu pangeran Edward VIII turun dari tahtanya karena ingin menikahi Wallis Simpson janda asal Amerika. Lalu bagaimana dengan nasib Pangeran Charles? Ia yang merupakan putra mahkota Inggris akhirnya bercerai dengan Lady Diana. Padahal seperti kita tahu seorang raja Inggris, merupakan pemimpin tertinggi agama pula di sana. Sementara Katholik Anglikan yang dianut Inggris "mengharamkan" perceraian.
   Kecurigaan muncul ketika tepat setahun setelah perceraiannya dengan Pangeran Charles, Lady Diana meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil bersama kekasihnya Dody Al Fayed. Konon dari cerita yang saya dengar, pada saat terjadi kecelakaan tersebut Lady Diana seharusnya masih bisa diselamatkan. Tapi entah, mungkin memang sudah jalannya Sang Putri meninggal.
   Akhirnya hari ini saya googling mengenai kisah Charles dan Camilla, serta bagaimana seorang Diana bisa menjadi istri Charles?
   Kisah asmara Charles dan Camilla memang sudah lebih dulu terjalin dibandingkan dengan kisahnya dengan Diana. Bahkan mungkin Charles tidak pernah mencintai Diana seperti ia mencintai Camilla. Lalu mengapa ia menikahi Diana bukan Camilla? Tidak ada sumber resmi yang menjelaskan mengapa ini terjadi. Tapi menurut saya (disarikan dari beberapa sumber) hal ini karena suatu ketika Charles mendapat tugas dari kerajaan (lupa untuk apanya, yang pasti keluar Inggris untuk beberapa waktu) dan setahun setelah kepergian Charles, Camilla menikah dengan Andrew Parker Bowles tahun 1973. Mungkin kala itu Camilla sudah terlanjur dinikahkan dengan Andrew .
   Sembilan tahun setelah Camilla menikah, Charles akhirnya melangsungkan pernikahan dengan Lady Diana (pada tahun 1982). Pernikahan tersebut menjadi pernikahan terbesar dan termegah abad itu. Selama ini kita tahu Diana adalah seorang guru TK, padahal jika dilihat latar belakangnya Diana bukanlah gadis sembarangan.

    Terlahir sebagai The Honorable Diana Frances Spencer, di suatu sore 1 Juli 1961, putri ketiga, anak keempat dari Viscount dan Viscountess Althorp ini "jatuh" ke dunia dengan berat 3,5 kg. Meski diakui secara fisik ia amat sempurna, Diana adalah kekecewaan. Orang tuanya mengharapkan anak laki-laki sebagai penerus keturunan.  Cikal-bakal kekayaan keluarga Spencer berasal dari abad XV, ketika nenek moyang Diana termasuk salah satu pedagang domba terkaya di Eropa.
   Dengan kekayaan itu, mereka memperoleh gelar "Earl" dari Raja Charles I (1600 - 1649), masa kehidupan pujangga Shakespeare. Althorp House pun dibangun di Northamptonshire. 
    Turun-temurun anggota keluarga Spencer melayani raja dan ratu Inggris. Mereka masih terkait persaudaraan dengan Raja Charles II dan ... tujuh presiden AS, termasuk Franklin D. Roosevelt, salah satu pahlawan PD II. Bahkan masih ada hubungan dengan gembong Mafia Al Capone dan aktor beken AS zaman '50-an, Humphrey Bogar


   So, Diana bukanlah gadis biasa. Namun, diceritakan sejak kecil Diana sudah biasa merasa sendiri karena kesibukan ayahnya dan perceraian kedua orangtuanya saat ia masih kecil. Akan tetapi didikan dari keluarganya tetap menjadikan Diana anak yang sopan dan berkarakter. Sejak kecil ia sudah terlihat sangat senang membantu dan membagi kasih sayang pada orang lain.
  Bahkan ia rela menjalani hidup mandiri dan bekerja mulai dari jadi pengasuh, pembantu kakaknya (Lady Sarah Spencer) hingga menjadi guru taman kanak-kanak. Karena merasa sepi selama masa remajanya (akibat keluarga yang kurang hangat), menjadikan Diana begitu peduli dengan kaum-kaum yang terpinggirkan. Ia mencari cinta kasih dan kebahagian dengan berbagi bersama mereka...

Kamis, 10 Maret 2011

Dibalik Tayangan Si Kecil

   Tinky Winky, Dipsy, Laa Laa... Po... Teletubbies... Teletubbies..
   Masih ingat tidak sama penggalan lagu di atas? Yup, itu merupakan penggalan lagu dari serial anak-anak Teletubbies yang tayang sekitar tahun 1997-2001 lalu. Teletubbies ini ditayangkan setiap pagi (saya lupa jam berapa tepatnya) di Indosiar kalau tidak salah. Pada masa jayanya serial tv ini termasuk favorit bagi anak-anak. Saya masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana sepupu saya yang masih kecil kala itu sangat senang jika kami di rumah memutar Teletubbies. Bahkan kami punya beberapa VCDnya dan itu selalu diputar setiap hari.
   Television in the tummy of the babies disingkat Teletubbies adalah film yang menampilkan empat tokoh boneka gendut dan lucu bernama Tinky-Winky (berwarna ungu dengan bentuk segitiga di kepalanya.), Dipsy (berwarna hijau dengan bentuk garis lurus di atas kepalanya), Laa-Laa (berwarna kuning dengan bentuk spiral di atas kepalanya.), dan Po (berwarna merah ia memiliki bentuk lingkaran di kepalanya).
   Sebenarnya keinginan saya mengulas soal Teletubbies ini karena, suatu ketika saya menemukan hal lucu pada salah satu jenis mood di aplikasi My Mood, Facebook (aplikasi yang bisa menampilkan status disertai gambar icon dengan berbagai mood). Di sana tertulis; GITA FEELS LIKE A TELETUBBIE 
   Menurut saya ini sangat lucu, apa coba maksudnya merasa seperti boneka-boneka tubby ini. Akhirnya rasa penasaran membuat saya meluangkan waktu kerja saya hari itu untuk googling mengenai Si Teletubbies ini. Ternyata eh ternyata source yang banyak di tampilkan berkaitan dengan Teletubbies adalah isu homoseksual dibalik tayangan anak-anak tersebut. Huff!!! 
   Memang ini bukan hal yang baru saya dengar, tapi baru saya benar-benar niatin googling hari itu. Menurut beberapa sumber yang saya baca menjelaskan bahwa, tokoh Tinky-Winky yang berwarna ungu inilah Sang Ikon Homoseksual. Mengapa? karena tokoh berwarna ungu ini dikatakan berjenis kelamin laki-laki namun senang membawa dompet merah dan seringkali berebut rok dengan Po. Ditambah lagi lambang segitiga di atas kepala dan warna ungu pada badannya merupakan lambang kaum homo
   Nah, saya jadi baru sadar kalau status "feels like a teletubbie" di Facebook itu jangan-jangan maksudnya merasa seperti homo (gubraaakkk). Anyway..busway... saya jadi berpikir saat itu, apa ya tayangan anak-anak yang benar-benar untuk anak. Tidak hanya berbentuk animasi tapi kontennya pun sesuai untuk anak. Sebab seperti kita tahu kalau mau ditelisik lebih jauh hampir semua tayangan yang terlihat cocok untuk anak-anak, pada dasarnya justru tidak baik secara konten. Paling gampang ambil saja contohnya shincan.
   Gawatnya lagi, banyak orangtua yang tidak paham akan hal ini. Kebanyakan mereka merasa aman-aman saja jika anak-anaknya nonton film kartun. Padahal tidak semua tayangan itu cocok untuk dikonsumsi anak mereka. Bahkan bisa jadi justru tayangan itu menanamkan nilai-nilai buruk bagi si anak tanpa disadari orangtuanya. Widih ngeri banget kan... So, paling bener adalah dampingi deh putra-putrinya saat menyaksikan tayangan apa pun. Apalagi dimasa-masa golden age alias usia 0-5 tahun daya serap anak sangat besar dan tanpa saringan. Nah, orangtuanya inilah yang menjadi saringan buat anak-anak mereka. 

Selasa, 08 Maret 2011

Kwetiaw Yamien dan Aneka Seafood Ciamik

   Ngobrolin makanan lagi yuk! Pernah datang ke Yamien 88 Cijantung? Dulu zaman saya SMU tempat makan ini terkenal sekali, apalagi es sarang burungnya. Dulu tempat maka ini hanya punya satu lokasi yaitu di dekat SMU 88 Kalisari. Itulah kenapa namanya Yamien 88. Sekarang rasanya Yamien 88 bisa ditemu di beberapa tempat. Saya pernah liat di Cibubur, Pal, Cijantung dan beberapa tempat lain. 
   Yamien di sini memang terkenal lezat. Sekarang Yamien 88 yang terletak di Kopasus Cijantung yang ingin saya bahas. Waktu itu saya memutuskan makan siang di tempat ini, pas sesampainya disana ternyata rumah makan yamien ini 'berkolaborasi' dengan sebuah rumah makan yang menyajikan hidangan seafood.
   Saat menu datang saya memesan beberapa menu. Merasa bosan jika memilih menu biasa saya pilih kwemien, saat saya tanya pelayan menu apakah gerangan kwemien ini ternyata ini merupakan kwetiaw masak yamien. Hemm, rasanya menarik maka saya pesan satu porsi Kwemien lengkap dengan bakso dan pangsit rebusnya.
    Menu lain yang saya pesan adalah kerang hijau, tumis kangkung seafood dan es jelly leci. Tak perlu menunggu lama hingga semua pesanan tersaji. Langsung sikat, dan ternyata semuanya enak! Kwemien dengan porsi yang pas, kerang hijau yang dimasak sangat bersih, kangkung dengan seafood berlimpah hingga es jelly yang segeeeerrr beneeerrr... Yup, siang itu makan siang saya sukses membuat saya puas dan kenyang. Sambil makan saya jadi sedikit mengingat masa-masa SMU.

Aktor Aktris dan Kenyataan (King Speech)

Paul Bettany- Raja George VI- Colin Firth
Awalnya Paul Bettany yang diminta memerankan King George VI. Sayangnya Paul menolak, maka Colin Firth lah yang terpilih menggantikan. Hasilnya Colin  berhasil meraih Piala Oscar untuk kategori aktor terbaik melalui film ini. Menurut saya sih, lebih cocok Paul dari segi kemiripan dengan sang raja. Tapi dalam hal akting Colin Firth memang tidak bisa dianggap remeh di film ini.

Raja Edward VIII-Guy Pearce
Guy Pearce pemeran tokoh David (Edward VIIII) sangat mirip sekali dengan Sang Putra Mahkota.







Queen Elizabeth Bowes Lyon - Helena Bonham Carter
Helena Bonham Carter memang jagoan, setelah sukses memerankan Red Queen di Alice in Wonderland. Perannya sebagai Queen Elizabeth Bowes Lyon pun tak kalah keren. Ia juga begitu mirip dengan Sang Ratu.




Wallis Simpson- Eve Best
Adakah yang dapat membedakan? Eve best sangat mirip  dengan Wallis Simpson, Janda asal Amerika yang membuat Edward VIII bertekuk lutut.






Raja George V -Michael Gambon
Sang Dumbledore kali ini berperan sebagai Raja George V. Kemiripan dengan aslinya hampir 90 %.








Winston Churchill-Timothy Spall

Tokoh politik, orator, dan perdana mentri Inggris ini di perankan oleh Timothy Spall. Timothy Spall tidak sekali ini saja memerankan tokoh Churchill.







Lionel Logue -Geoffrey Rush
Yup, ini dia Si Terapis luar biasa yang mampu menyembuhkan penyakit gagap King George VI. Ia juga rakyat biasa yang akhirnya menjadi sahabat sang raja sampai akhir hayatnya. Lionel Lague dimainkan oleh aktor Geoffrey Rush. Dengar-dengar untuk memastikan Geoffrey Rush bersedia bergabung, tim produksi film meminta tolong pada tetangga Rush untuk mengirimkan naskah ini ke sang aktor. 

So, bagaimana kita bisa melarang film Hollywood  masuk ke tanah air? Sementara saat saya sampai ke bioskop saja film ini dibarengi oleh film Indonesia seperti Pocong Ngesot dan Cewek Saweran. Huff, apa saya harus memilih film Indonesia dengan judul seperti itu daripada film ini? Ayo dong Indonesia, buat lagi film-film berkualitas. Biar bangsa ini sulit memutuskan pilihan saat ingin menonton.

Kisah Si Raja Gagap

   Kisah nyata selalu jadi daya tarik tersendiri dalam sebuah film, terlebih jika berlatarkan sejarah. Para penikmat film maupun pencinta sejarah memiliki cara sendiri dalam 'melahap' film-film jenis ini. Begitu pula yang terjadi pada film King Speech. Mungkin saya agak telat karena baru menonton dan mereview film yang sudah meraih empat piala oscar ini.
   Jujur ketertarikan saya menyaksikan film ini karena gaung tentang kehebatnanya di ajang piala oscar begitu membahana. Terlebih latar sejarah dimana film ini berangkat memang menarik untuk diikuti. Akhirnya, Senin lalu saya menyempatkan diri ke bioskop untuk menonton film arahan Tom Hooper ini. Ekspektasi saya film ini akan keren, dan benar saja tidak meleset sedikit pun dari apa yang saya bayangkan tentang film ini. Penyajian cerita sangat apik, para pemain pun begitu pas memerankan perannya masing-masing.
   King Speech bercerita tentang penyakit gagap yang dimiliki Raja George VI ayah dari Ratu Elizabeth II, Inggris. Kelemahannya ini ternyata merupakan dampak psikologis yang diterimanya saat berusia 5 tahun. Kala itu George VI selalu mendapat tekanan dari pengasuhnya dan selalu berada di bawah bayang-bayang kakaknya yakni Edward VIII.
   Namun, dibalik kelemahannya ini ia memiliki tanggung jawab yang luar biasa pada kerajaan dan ayahnya daripada sang kakak yang awalnya dinobatkan sebagai pengganti Raja George V. Setelah wafat, tahta George V otomatis turun pada putra sulungnya Edward VIII. Sayangnya Edward terlanjur jatuh cinta pada seorang janda asal Amerika bernama Wallis Simpson. Kontan keinginan Edward menikahi Wallis ditentang keras pihak kerajaan karena menyalahi aturan . Raja Inggris yang juga berperan sebagai pemimpin tertinggi agama tidak memperbolehkan melakukan perceraian. Itu sebabnya sangat terlarang bagi raja menikahi seorang janda.
   Akan tetapi, kecintaan Edward pada Wallis membuat ia rela turun dari tahtanya sebagai raja dan menyerahkan pada adiknya. Bertie (nama kecil George VI) semakin tertekan dengan keputusan sang kakak. Apalagi penyakit gagap yang dideritanya semakin menekan dirinya. Akhirnya sang istri Queen Elizabeth Bowes-Lyon mencarikan berbagai alternatif pengobatan, Hingga akhirnya ia menemukan Lionel Logue, seorang terapist bicara asal Australia. Awalnya Lionel tidak tahu bahwa pasiennya kala itu adalah seorang calon raja. Uniknya setelah Lionel tahu bahwa pasiennya seorang Duke of York, tetap tak mengubah caranya dalam mengobati.
    Intrik-intrik antara Raja George VI dan sang terapist dimainkan dengan sangat mulus. Membuat penonton geregetan, tertawa, tersenyum hingga menghela nafas. Hingga akhir cerita film ini tetap memukau, baik setting, pemain, alur cerita semuanya menjadi satu kesatuan yang sangat menarik. Tak heran jika film ini menyabet empat penghargaan Oscar.
   

Senin, 07 Maret 2011

Sejumput Kisah dari Java Jazz Festival 2011

   Pagi itu seorang teman mengirim pesan singkat yang isinya, "Mau tiket gratis Java jazz ga lo?"
   Widiiihhh, kontan saya langsung merespon cepat, "Mauu banget lah!!!asiiikk!!"
   Alhasil, inilah untuk kali pertama saya datang ke event internasional yang sudah berlangsung selama 7 tahun. Gembar-gembor Java Jazz Festival memang selalu ramai diperbincangkan. Bahkan, jauh sebelum acara ini berlangsung. Dari tahun ke tahun saya hanya mendengar ramai-ramainya saja tanpa berkesempatan menghadirinya. Maklumlah selain saya bukan penggemar fanatik jazz, harga tiket untuk acara ini pun lumayan mahal. 
   Tapi, kalau yang namanya gratisan siapa yang bisa menolak. hehe...
   Berangkatlah malam itu bertiga dengan teman menghadiri Java Jazz pertama saya. Waw! Luar biasa baru sampai depan Jiexpo saja antrian parkir kendaraan sudah sangat panjang. Setelah selesai dengan urusan parkir memarkir. Kami pun tak membuang banyak waktu, langsung saja masuk ke dalam. 
   Penampilan pertama yang saya saksikan adalah penyanyi bertubuh mungil asal negeri sendiri, Andien. Yup, penampilan Andien memang tak perlu diragukan lagi, suaranya yang ringan dan menyenangkan menurut saya berhasil membawakan beberapa singlenya dengan sangat apik. Kontan saja para penonton sangat terhibur dengan performa Andien kala itu.
   Sayang, kami hanya kebagian 2,5 lagu terakhir dari Andien. Selesai menyaksikan Andien kami kembali berkelana. Singgahlah kami di penampilan musisi yang mengusung electric Jazz, Jamie Lidell. Meski saya tidak terlalu mengerti soal jazz, but that's so cool! penampilan energik Lidell sangat menghibur. Penonton yang menyaksikan aksinya pun mau tak mau ikut bergoyang.
   Sayangnya saya masih ingin mencoba mengunjungi panggung-panggung lain, maka kami tinggalkan Lidell dan menuju aksinya Maurice Brown. Suasana hall tempat Maurice Browm ini manggung sungguh menyenangkan. Para penikmat jazz bisa menyaksikan penampilan Brown sambil duduk santai bahkan tiduran. Ruangan berpendingin, lantai yang dialasi karpet, penonton yang tak terlalu padat merupakan kombinasi menyenangkan. 
   Penampilan selanjutnya dan kami cukup nantikan adalah aksi dari Tohpati Bertiga. Waw, Tohpati, Indro dan Bowo. Aksi mereka dalam membawakan beberapa lagu tak pelak mengundang decak kagum para penonton. Luaaaarrrrr biasaaaa!!! Akan tetapi buat saya yang tidak terlalu addict dengan jazz rasanya agak membosankan. Ternyata tidak saya sendiri, saat melihat sekeliling tak sedikit penonton yang tertidur di bangku mereka. hahahaha... Saya jadi punya ide menarik untuk menjadikan jazz musik pengantar tidur kelak.
   Huaahh... Hari semakin larut, Java Jazz pertama saya pun ditutup penampilan dari Dira Sugandi yang berkolaborasi dengan Dwiki Darmawan dan Angklung Mang Udjo. Hanya satu kata untuk kolaborasi mereka, Awesome!
   Waktu menunjukan pukul 01.00. Yup! saatnya pulang. Lelah hari ini terbayar dengan penampilan-penampilan mengagumkan para pengisi acara. Meski Santana, John Legend,  dan Four play tidak berhasil saya saksikan (karena tiketnya yang harus bayar lagi dan mahal :D ) tapi saya cukup puas. Terima Kasih sangat untuk Ibnu yang sudah memberikan saya (tiket) pengalaman pertama menyaksikan Java Jazz Festival. Oh ya satu lagi kesimpulan saya, melihat antusiasme pengunjung saya menyimpulkan dua hal pertama ternyata selera musik bangsa ini masih cukup bagus atau rakyat di negara ini cukup makmur. :D