Let's see

Selasa, 08 Maret 2011

Kisah Si Raja Gagap

   Kisah nyata selalu jadi daya tarik tersendiri dalam sebuah film, terlebih jika berlatarkan sejarah. Para penikmat film maupun pencinta sejarah memiliki cara sendiri dalam 'melahap' film-film jenis ini. Begitu pula yang terjadi pada film King Speech. Mungkin saya agak telat karena baru menonton dan mereview film yang sudah meraih empat piala oscar ini.
   Jujur ketertarikan saya menyaksikan film ini karena gaung tentang kehebatnanya di ajang piala oscar begitu membahana. Terlebih latar sejarah dimana film ini berangkat memang menarik untuk diikuti. Akhirnya, Senin lalu saya menyempatkan diri ke bioskop untuk menonton film arahan Tom Hooper ini. Ekspektasi saya film ini akan keren, dan benar saja tidak meleset sedikit pun dari apa yang saya bayangkan tentang film ini. Penyajian cerita sangat apik, para pemain pun begitu pas memerankan perannya masing-masing.
   King Speech bercerita tentang penyakit gagap yang dimiliki Raja George VI ayah dari Ratu Elizabeth II, Inggris. Kelemahannya ini ternyata merupakan dampak psikologis yang diterimanya saat berusia 5 tahun. Kala itu George VI selalu mendapat tekanan dari pengasuhnya dan selalu berada di bawah bayang-bayang kakaknya yakni Edward VIII.
   Namun, dibalik kelemahannya ini ia memiliki tanggung jawab yang luar biasa pada kerajaan dan ayahnya daripada sang kakak yang awalnya dinobatkan sebagai pengganti Raja George V. Setelah wafat, tahta George V otomatis turun pada putra sulungnya Edward VIII. Sayangnya Edward terlanjur jatuh cinta pada seorang janda asal Amerika bernama Wallis Simpson. Kontan keinginan Edward menikahi Wallis ditentang keras pihak kerajaan karena menyalahi aturan . Raja Inggris yang juga berperan sebagai pemimpin tertinggi agama tidak memperbolehkan melakukan perceraian. Itu sebabnya sangat terlarang bagi raja menikahi seorang janda.
   Akan tetapi, kecintaan Edward pada Wallis membuat ia rela turun dari tahtanya sebagai raja dan menyerahkan pada adiknya. Bertie (nama kecil George VI) semakin tertekan dengan keputusan sang kakak. Apalagi penyakit gagap yang dideritanya semakin menekan dirinya. Akhirnya sang istri Queen Elizabeth Bowes-Lyon mencarikan berbagai alternatif pengobatan, Hingga akhirnya ia menemukan Lionel Logue, seorang terapist bicara asal Australia. Awalnya Lionel tidak tahu bahwa pasiennya kala itu adalah seorang calon raja. Uniknya setelah Lionel tahu bahwa pasiennya seorang Duke of York, tetap tak mengubah caranya dalam mengobati.
    Intrik-intrik antara Raja George VI dan sang terapist dimainkan dengan sangat mulus. Membuat penonton geregetan, tertawa, tersenyum hingga menghela nafas. Hingga akhir cerita film ini tetap memukau, baik setting, pemain, alur cerita semuanya menjadi satu kesatuan yang sangat menarik. Tak heran jika film ini menyabet empat penghargaan Oscar.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar