Let's see

Minggu, 25 Desember 2011

Apa Itu Banjir Buatan? Untuk Apa Mereka Mebuat Banjir?

Gorong-gorong, yang ditanami tumbuhan hijau

    Kemarin sudah bicara soal pasar sekarang kita bicara soal banjir. Setelah turun ke masyarakat ternyata memang banyak sekali masalah-masalah yang mungkin terlihat biasa bagi orang lain. Namun, nyatanya permasalahan tersebut tidak biasa bagi yang mengalaminya.
    Seperti siang itu, saya diminta datang ke Kampung Pulo Cilandak. Awalnya saya tidak menemukan hal yang istimewa selain bahwa daerah itu merupakan daerah rawan banjir. Bicara daerah rawan banjir di Jakarta tentu bukan sesuatu yang istimewa bukan. Apalagi setelah sedikit browsing, berita terkait Kampung Pulo selalu berbicara warga yang ingin membongkar gorong-gorong. Saya sungguh bertanya-tanya, kenapa sudah tahu banjir mereka malah ingin bongkar gorong-gorong?
   Sesampainya di sana saya menjumpai dua ibu yang sedang asik berbincang di bagian muka rumah mereka. Satu ibu ngobrol sambil sibuk membersikan sisa air dengan serok. Saya menengahi perbincangan mereka. Setelah sedikit memperkenalkan diri, saya mulai bertanya mengenai sejak kapan banjir melanda wilayah mereka. Setelah ini saya dikagetkan dengan  banyak hal menarik. Salah satu ibu bertutur pada saya, meski awalnya ia takut-takut untuk bercerita. 
   Jadi, awalnya wilayah Kampung Pulo hanya dilanda banjir lima tahunan. Tapi, sembilan bulan terakhir daerah tersebut hampir...hampirrrr setiap hari terkena banjir. Lucunya banjir tersebut terjadi setelah pihak Marinir Cilandak yang berseberangan dengan Kampung Pulo, membangun sebuah gorong-gorong. 
   Sebentar... sebentar seharusnya gorong-gorong bukannya berfungsi untuk memperlancar aliran air bukan. Lalu kenapa justru banjir terjadi setelah gorong-gorong tersebut dibangun? dan mengapa pihak Marinir membangun gorong-gorong?
  Jawabannya saya dapat dari cerita para warga, kurang lebih sembilan bulan lalu. Saat itu tanah pemukiman warga didatangi pihak Marinir. Maksud kedatangan tersebut katanya untuk mengajukan tawaran pembebasan lahan pemukiman mereka untuk perluasan lapangan tembak. Sayangnya saat itu warga tidak menyetujui. Hal tersebut dikarenakan harga yang ditawarkan pihak Marinir begitu murah. Rinciannya sebagai berikut, menurut ketua RT setempat bangunan gubuk dihargai Rp 650 per meter, semi permanen Rp 750, dan permanen Rp 950. Itu pun hanya bangunan saja tanah tidak dihitung. Mereka kontan merasa dirugikan dengan tawaran tersebut dan menolaknya. 
salah satu rumah warga
  Bencana pun mulai menyambangi mereka, sejak saat itu entah bagaimana caranya. Daerah mereka selalu didera banjir. Bahkan disaat kondisi cuaca kemarau tak jarang rumah mereka tetap terendam hingga lutut orang dewasa. Lucunya lagi, banjir akan surut saat ada pejabat atau orang penting yang akan berkunjung ke sana. Maka para warga pun menamainya banjir siluman.
   Oiya, setelah banjir terus menerjang pernah pihak Marinir datang kembali memberi tawaran. Kali ini harga yang ditawarkan jauh mengalami penurunan. Semua rumah dihargai pukul rata Rp 500 per meter dan tidak dihitung tanah. Hal ini tentu membuat warga semakin jengkel. Entah apa yang dimau pihak Marinir. Hingga saat ini tidak ada pembicaraan yang terjadi antara kedua pihak mengenai permasalahan ini. Pihak Marinir kerap kali menolak untuk melakukan perundingan.
  Padahal jika ditilik lagi, rencana pembebasan tanah untuk perluasan area tembak juga dirasa tidak logis oleh warga. Sebab letak lapangan tembak di kawasan komplek Marinir itu di batasi perumahan Marinir, sungai, baru rumah warga yang ingin mereka bebaskan tersebut. Jadi entah rencana pembebasan lahan tersebut pada hakikatnya untuk apa. 
   Saya sempat mengunjungi gorong-gorong yang dimaksud tersebut. Memang sungguh aneh, sebab gorong-gorong tersebut lebih terlihat sebagai tanggul. Bentuknya yang mengarah ke atas, otomatis membuat air justru meluap di sungai dan jatuh ke rumah warga. Terlebih gorong-gorong tersebut memangkas lebar sungai dari 12 meter menjadi tinggal tersisa 4 meter. Pantas jika akhirnya aliran air sungai menjadi terhambat dan mengalami penyempitan, hingga akhirnya meluap ke pemukiman warga.
     Saat ditemui warga hanya berharap sungai dinormalisasi lagi dan gorong-gorong dibongkar. Hal tersebut supaya aliran sungai bisa kembali normal hingga tak perlu meluap sampai pemukiman warga. Tidak terbayang jadi mereka, sembilan bulan selalu didera banjir. Semoga segera selesai semua permasalahan yang menimpa mereka. Dan semoga tidak ada lagi orang-orang atau kelompok yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan mereka. Sebab dibalik itu pasti ada orang-orang yang tidak tahu menahu namun dirugikan.

1 komentar:

  1. Poker Tournaments & Tournaments - JT Hub
    Free tournaments & the biggest tournaments. Play tournaments at JT's award-winning 구리 출장마사지 casino!‎Casino 전라북도 출장안마 Events · 아산 출장마사지 ‎About Us 남원 출장샵 · ‎How to Play · ‎About 대구광역 출장샵 Us · ‎JPT · ‎Play

    BalasHapus